Teman memang aset penting buat anak. Apalah artinya hidup tanpa teman. Tapi bagaimana kalau teman justru menginginkan anak kita jadi seseorang yang bukan diri dia sendiri? Masalah-masalah peer pressure ini memang enggak jarang akan dialami dalam masa-masa pertemanan di sekolah. Biar enggak salah, yuk hadapi dengan cara berikut!
Pernahkah Bubu diminta anak membelikan tas baru seperti punya temannya di sekolah, padahal tasnya masih bagus? atau anak yang dulu santai ulang tahun tanpa dirayakan, sekarang mendadak minta merayakan di restoran seperti teman sekelasnya? Hal-hal yang terjadi di sekolah ini merupakan contoh peer pressure yang marak terjadi. Peer pressure merupakan dorongan dari orang-orang seusia individu untuk melakukan sesuatu, salah satunya untuk mengikuti norma yang dianut teman dalam beraktivitas, berperilaku, ataupun gaya hidup (Clasen & Brown, 1987).
Biasanya anak akan mengikuti peer pressure supaya merasa diterima atau merasa disukai. Seiring anak tumbuh menjadi remaja maka peer pressure ini akan semakin banyak terjadi, seperti mengikuti cara berpakaian teman, bermain game yang dimainkan teman, ikutan bolos sekolah, hingga perilaku lain yang dilakukan seperti teman-temannya.
Bubu pasti merasa khawatir ya bagaimana anak nanti dalam menghadapi ini. Namun menurut Chirban (2014), keluarga merupakan tempat awal anak belajar untuk memiliki nilai, merasa dicintai dan menghargai dirinya sebagai modal dasar dalam menghadapi peer pressure.
Berikut yang dapat Bubu lakukan dalam mempersiapkan anak dalam menghadapi peer pressure yang kelak terjadi:
1. Membentuk anak untuk memiliki konsep diri positif
Anak yang merasa terpenuhi kasih sayang dan merasakan hubungan yang hangat dengan orangtua akan memiliki konsep diri positif (Chirban, 2014). Dengan konsep diri yang positif, anak dapat menerima kelebihan dan kekurangan mereka.
Untuk membentuk konsep diri positif misalnya Bubu membantu anak menghargai bentuk fisiknya, mendampingi saat anak merasa gagal atau salah dalam mengerjakan tugas, atau menghargai pilihan anak. Bubu dapat mengajak anak berdiskusi dengan apa yang ia hadapi di sekolah dan lakukan dengan positif tanpa ada kritikan atau penilaian apapun terhadap cerita anak.
2. Mengajarkan mengenai perbedaan
Bubu dapat mengajarkan anak mengenai keberagaman dan perbedaan, bahwa setiap teman memiliki nilai dan pilihannya sendiri. Selain menerima perbedaan pilihan teman, di sisi lain anak juga diajarkan bahwa memiliki pilihan berbeda itu tidak apa-apa. Hal ini tentu saja perlu didukung pula dengan sikap Bubu dalam menyikapi perbedaan.
Dalam mengajarkan perbedaan ini dapat dimulai dengan memberikan pilihan kepada anak, misalnya “Kakak mau ikut ekskul apa? Mewarnai atau olahraga?”. Meskipun pilihannya menjadi berbeda, hargai pilihan anak dan pastikan anak nyaman dalam menjalani apapun pilihannya.
3. Kenalkan anak untuk memprioritaskan apa yang menjadi kebutuhan
Seringkali anak ingin sekali barang yang suka dipakai oleh kebanyakan teman-temannya, Momen ini dapat digunakan Bubu untuk mengajarkan apa sih arti kebutuhan dan apa yang menjadi keinginan.
Kebutuhan merupakan hal yang mendasar dan harus dipenuhi. Misalnya anak ingin meminta kotak makan baru padahal yang ia miliki masih bagus. Maka orangtua dapat mengajak anak berdiskusi “Kenapa Kakak harus punya kotak makan seperti si A? Memang kotak makan Kakak kenapa?” Berikan pertanyaan-pertanyaan untuk anak berpikir mana yang menjadi kebutuhan atau keinginan.
Dalam kehidupan sehari-hari akan cukup sering menemui peer pressure pada lingkungan yang kita temui. Saat anak dapat menghadapi ini maka anak akan belajar bersosialisasi dan kelola diri yang nantinya membentuk karakteristik anak ketika ia dewasa nanti (Allen & Antonishak, 2008). Semoga Bubu dapat mempersiapkan anak dalam menghadapi peer pressure di lingkungan sekolah anak yaa.
Oleh: Carmelia Riyadhni, S.Psi
Expert Partner Sahabat Ibu Pintar