“Itu anaknya kurus, tambah makan pisang aja. Dulu kamu juga dari 3 bulan mama kasih pisang..”
“Itu kok anaknya demam, bukannya langsung dibawa ke dokter sih malah nunggu 3 hari. Gimana sih?”
Gimana, Bu? Familiarkah dengan kalimat di atas? Kadang komentar-komentar di atas tidak terhindarkan dan sulit diabaikan terutama bila datangnya dari orang tua sendiri. Kakek nenek bisa mempunyai pemikiran dan cara sendiri untuk menunjukkan kasih sayang kepada cucu, yang dapat berbeda dengan praktek pengasuhan yang ingin BuBu terapkan. Bila itu terjadi, apa yang dapat dilakukan?
Sepakati dengan suami prinsip pengasuhan dan aturan yang ingin diterapkan dalam keluarga
Kesepakatan antara suami istri itu penting, agar komentar, kritik, saran apapun yang datang dari kakek-nenek dapat ditanggapi dengan seiya sekata. Jika BuBu yakin dengan langkah apa yang diambil sebagai orang tua, menjadi lebih mudah pula untuk meyakinkan orang lain. Saat ditentang oleh kakek nenek, mengetahui bahwa pasangan mendukung akan membuat BuBu lebih santai menghadapinya.
Sampaikan aturan terkait pengasuhan anak dengan jelas
Bukan tidak mungkin, kakek-nenek melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang BuBu inginkan karena memang tidak tahu, sehingga mereka pun tidak merasa ada yang salah dan melakukannya berulang-ulang. Seperti saat memberikan tontonan untuk menenangkan anak ketika menangis. Untuk itu, bila ada penanganan kakek-nenek yang BuBu rasa kurang sesuai, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyampaikan bagaimana sebenarnya harapan BuBu. “Ma, kalau adek lagi nangis, aku sepakat untuk ga kasih tontonan supaya tenang. Ga apa-apa kok ma kalau adek butuh waktu agak lama untuk tenang dan mau nangis dulu, paling minta tolong dipeluk aja.” Begitu pula terkait aturan lain seperti aturan makan, aturan pemakaian carseat, aturan penggunaan mainan, atau lainnya.
Respon dengan pernyataan netral
Bila kakek-nenek memberikan komentar atau saran-saran yang tidak sejalan dengan praktek pengasuhan BuBu, respon dengan tenang dan jangan menjadi defensif. Tanamkan dalam pikiran bahwa apa yang mereka ucapkan datang dari keinginan untuk membantu. Katakan “makasih sarannya, aku pikirkan / bicarakan dulu sama papanya anak-anak” atau “makasih masukannya, tapi kalau cara aku begini dan aku nyaman”. Respon tersebut menyiratkan bahwa BuBu tidak meremehkan saran mereka, tetapi juga tidak berarti BuBu menyetujui semua pendapat. Tidak perlu merasa bersalah bila BuBu memutuskan untuk tidak menerima saran yang diberikan.
I message
Cara BuBu menyatakan keberatan ke kakek nenek bisa menimbulkan perbedaan besar apakah berujung konflik atau tidak. Salah satu teknik yang bisa dipakai adalah I message, yang terdiri dari 3 bagian: (1) ucapkan apa yang BuBu rasakan – (2) terhadap perilaku/ kejadian spesifik yang mana – (3) harapan ke depannya. Contoh: “Aku merasa khawatir, bila anak-anak terbiasa buat tugas karena dijanjikan hadiah. Aku berharap lain kali anak-anak diberi semangat, atau diajak buat kesepakatan kapan waktu main dan buat tugas.” Teknik ini memfokuskan pada menyampaikan perasaan dan kebutuhan BuBu, alih-alih menyalahkan “duh kok Papa janjiin hadiah sih? Seenaknya aja gitu, harusnya tanya aku dulu dong..”
Kuatkan koneksi
Seperti layaknya semua hubungan, seberapa dekat BuBu secara emosional dengan orang tua atau anak akan menjadikan komunikasi lebih baik, bisa saling mengingatkan secara lebih terbuka atau lebih mudah meminta melakukan sesuatu. “Ma, anak-anak nanti kebiasaan nih kalau makan sambil jalan-jalan. Diajakin makan di kursi makannya aja ya..” Bagaimana membangun koneksi? Dengan menambah frekuensi tatap muka dan mengobrol. Mengunjungi rumahnya, ajak jalan-jalan, minta bercerita tentang pengalaman mengasuh BuBu/ pasangan di masa kecil, bertanya atau bahkan coba ikut melakukan hobinya, dan lain-lain
Ajak update ilmu
Ilmu kesehatan dan parenting terus berkembang dari waktu ke waktu. Dulu mungkin praktek jamak untuk memberi makan pisang sejak bayi 3 bulan, namun kini pendekatannya sudah berbeda. Untuk membuat kakek nenek lebih paham bagaimana sih parenting ‘jaman now’, tidak ada salahnya BuBu mengajak mereka untuk ikut seminar, atau ikut saat konsultasi ke dokter anak/ psikolog. Dengan demikian, kakek nenek bisa mendengar dan bertanya langsung pada tenaga professional yang menjadi rujukan BuBu. Biasanya hal ini meminimalisasi konflik antar generasi “mama juga dulu begitu dan kamu baik baik aja kan. Dengerin aja nasehat mama kenapa sih…”
Kompromi
Pada akhirnya, perbedaan akan selalu ada, dan BuBu tentu tetap ingin anak-anak mengenal dan membangun kedekatan dengan kakek-neneknya. Kompromi menjadi jalan tengahnya. Tidak perlu semua perbedaan dipermasalahkan. Terkait waktu nonton gadget misalnya, jika di rumah hanya 30 menit, bersama kakek-nenek boleh hingga 60 menit. Selamat berkompromi!