09 Mar 2020

Pasca Melahirkan: Pak Suami, Bagaimana Kabarmu?

Sekarang ini, masyarakat semakin teredukasi tentang postpartum depression yang dapat dialami oleh ibu yang baru melahirkan. Namun, apakah kita peka bahwa postpartum depression pun dapat dialami oleh para ayah? Bagi yang belum familiar dengan istilah postpartum depression atau biasa disingkat PPD, hal tersebut merupakan gangguan depresi yang muncul setelah peristiwa kelahiran anak, yang seringkali dialami oleh Bubu namun ternyata juga bisa dialami oleh Pak Suami, sebagai bagian dari keluarga yang menemani selama proses kehamilan dan kelahiran istrinya (Scarff, 2019).

Meski penelitian terkait PPD pada ayah ini belum sebanyak PPD pada ibu, data dari U.S Centers for Disease Control and Prevention mengatakan bahwa 5-10% ayah baru di Amerika Serikat mengalami PPD (Eddy et al, 2019). Walaupun saat ini belum ada data yang diambil dari populasi Indonesia, penting bagi para Bubu dan Pak Suami untuk mengedukasi diri tentang resiko PPD pada ayah. 

Kenyataannya, sedikit sekali ayah yang mau mencari bantuan profesional atau sekedar mengatakan ke keluarganya bahwa ia mengalami PPD. Kenapa? Kurangnya edukasi mengenai PPD, adanya tuntutan sosial bahwa ayah harus menjadi sosok kuat, dan kesulitan pria pada umumnya dalam mengekspresikan emosi, adalah beberapa hal yang menjadi penyebab mengapa bagi Pak Suami sulit untuk mencari bantuan (Eddy et al, 2019).

Lalu, apa ya tanda-tandanya jika Pak Suami mengalami postpartum depression? Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Lebih sering marah dan berkonflik dengan orang lain
  2. Mudah merasa frustrasi
  3. Bersikap dan memunculkan perilaku kasar
  4. Kenaikan atau penurunan berat badan yang drastis
  5. Melakukan perilaku berbahaya atau impulsif (misalnya menyetir ugal-ugalan)
  6. Kelelahan berlebih
  7. Kehilangan minat dalam bekerja, melakukan hobi, dan/atau sex

Apa yang menyebabkan para ayah baru dapat mengalami PPD?

  1. Bubu yang juga mengalami PPD. Sama seperti keyakinan bahwa kebahagiaan dapat menular, begitu juga dengan perasaan depresif. Bukan berarti secara langsung ibu yang mengalami PPD akan membuat para ayah juga mengalami PPD. Namun, para suami bisa merasa kewalahan dalam membantu istrinya yang mengalami PPD dan mengurus bayi baru lahir, terutama bila para ayah baru ini tidak memiliki bantuan dari lingkungan sosialnya.
  2. Kondisi stress dan kelelahan secara emosional. Kehadiran anak membawa banyak perubahan, tidak hanya perubahan yang positif, tapi juga perubahan yang memberikan tuntutan lebih, seperti kewajiban finansial yang lebih besar. Kombinasi antara tekanan finansial, kelelahan merawat bayi baru lahir, beban kerja di kantor, dan perubahan pola tidur di malam hari membuat para ayah rentan mengalami stress dan kelelahan secara emosional.
  3. Hubungan dengan istri yang kurang harmonis, terutama jika sudah terjadi sejak masa kehamilan. Adanya kerenggangan dan hubungan pernikahan yang kurang harmonis membuat para ayah kurang baik dalam beradaptasi dengan kehidupan baru setelah bayi lahir.
  4. Rasa iri terhadap perhatian dan hubungan yang terjalin antara ibu dan anak. Ya, sebelum bayi lahir, hampir semua perhatian istri diberikan untuk suaminya. Dan ketika bayi lahir, wajar bila anak membutuhkan lebih banyak perhatian dan bantuan. Namun, tidak bisa dipungkiri, ternyata para ayah juga dapat merasa kehilangan perhatian dari istri, dan merasa iri ketika hubungan emosional (bonding/attachment) antara ayah dan anak tidak bisa terbentuk sebaik atau sekuat ibu dan anak.

Pak Suami yang mengalami atau dicurigai mengalami PPD membutuhkan bantuan dari lingkungan untuk bisa bangkit dari situasi tersebut. Pak Suami yang menyadari kondisinya ini pun diharapkan dapat memberdayakan dirinya sendiri. Berdiskusilah bersama teman laki-laki yang juga baru memiliki anak, sehingga kalian bisa saling bertukar cerita. Rawatlah diri baik secara fisik (istirahat cukup dan makan bernutrisi) maupun mental (sempatkan diri untuk relaksasi). Bila memungkinkan, ambil waktu cuti sejenak dari pekerjaan dan usahakan untuk terus menjalin komunikasi dengan istri  meski hanya beberapa menit setiap harinya agar kedekatan emosional tetap terjaga dan Pak Suami serta Bubu bisa meningkatkan kualitas hubungan meningkat. Jika memang dibutuhkan jangan ragu untuk mencari bantuan profesional ya. 

Happy Parenting Bubu dan Pak Suami!  ????

 

Oleh: Nadya Pramesrani, M. Psi., Psikologi

Expert Partner Sahabat Ibu Pintar