Sebut saja Bubu Dini (bukan nama sebenarnya), yang bercerita bahwa ia memiliki rencana untuk mengambil sekolah lagi setelah anak keduanya menginjak usia 3 tahun. Selama ini Bubu Dini mendedikasikan waktunya untuk mengasuh kedua anaknya yang berusia 5 dan 3 tahun sampai mereka cukup mandiri dan dapat dilepas perlahan untuk mengambil kesibukan sekolah lagi. Namun apa daya, sekolah menjadi tertunda lagi saat Bubu Dini mendapati dirinya hamil di luar rencana.
Apakah Bubu ada yang mengalami hal serupa dengan cerita di atas? Ketika merasa sudah lulus dari ujian begadang setiap malam atau ketika tidak perlu lagi memikirkan MPASI, rasanya Bubu sudah tidak sabar beraktivitas yang baru. Namun kehamilan tidak direncanakan dapat mengubah rutinitas dan rencana yang sudah dilakukan oleh Bubu dan keluarga. Rasa cemas dan stress dapat dirasakan Bubu ketika mendapatkan sesuatu di luar rencana (APA, 2019).
Mengapa hal ini dapat terjadi?
Sebelum hamil, biasanya Bubu sudah memiliki sebuah kebiasaan yang dijalani dengan nyaman dan terkendali. Dengan kondisi di luar rencana, maka Bubu perlu beradaptasi dengan perubahan dan mengubah ulang rencana yang sebelumnya dibuat. Maka dari itu, perubahan ini dapat memunculkan kecemasan dan stress. Meskipun demikian, Bubu tetap perlu mengendalikannya supaya kondisi fisik dan mental Bubu tetap optimal selama hamil.
Melihat survey kesehatan dan demografi di Indonesia pada tahun 2012, ternyata Kehamilan Tidak Direncanakan (KTD) jamak terjadi, yakni sebanyak 13.6 % pada wanita usia subur. Bahkan sebagian kehamilan tidak direncanakan dapat menjadi masalah kesehatan jika terjadi pada Bubu yang berusia di atas 35 tahun atau Bubu dengan jarak kelahiran anak terlalu dekat (Diasanti, 2012). Dalam membantu menjaga kesehatan mental Bubu yang sedang hamil, American Psychological Assosiation (2019) memaparkan ada hal-hal yang dapat Bubu lakukan untuk menghadapinya:
Izinkan diri Bubu untuk memproses perasaan terhadap hal yang terjadi. Rasanya pasti naik turun. Namun, jangan larut dalam kecemasan ini ya. Bubu dapat menuliskan hal-hal yang dirasakan pada buku catatan pribadi Bubu, supaya ketika kecemasan ini muncul Bubu dapat mencari solusinya untuk menenangkan diri.
Respon orang akan beragam ketika mengalami hal di luar dugaan. Ingatkan diri bahwa rasa cemas adalah hal wajar terjadi ketika menghadapi hal ini dan membutuhkan waktu untuk mengelolanya. Lakukan hal-hal yang dapat membuat Bubu merasa lebih tenang untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, misalnya dengan melakukan meditasi sebelum tidur, berjalan santai di pagi hari, dan tetap melakukan rutinitas dengan makan sehat, merawat diri serta tidur yang cukup.
It takes two to tango. Dalam menghadapi situasi kehamilan tidak direncanakan, bukan hanya Bubu yang mengatur strategi pengasuhan ke depannya tetapi perlu melibatkan Pak Suami di dalamnya. Namun, kondisi di luar rencana ini juga dapat berpengaruh kepada mental Pak Suami, seperti kaget dan cemas. Berikan Pak Suami waktu untuk mengelola kecemasannya ya. Ketika cukup tenang, Winch (2012) menyarankan bahwa komunikasi terbuka antar pasangan perlu dilakukan untuk mendukung kesehatan mental ibu hamil dan pasangannya. Oleh karena itu, penting bagi Bubu untuk menyampaikan dukungan apa saja yang perlu diberikan Pak Suami agar Bubu merasa nyaman dengan kehamilan ini.
Jika Bubu mengalami kendala untuk mengelola kecemasan ketika hamil, maka Bubu dapat mencari bantuan professional seperti psikolog. Psikolog dapat membantu Bubu menemukan cara yang sehat dalam mengelola stress yang dialami.
Kehamilan, baik yang direncanakan maupun yang tidak, merupakan pengalaman unik dan berharga pada setiap individunya. Semoga Bubu dapat menerima dan bersahabat dengan kehamilan yang tidak direncanakan ya, demi kesehatan Bubu, si bayi dan keluarga ???? Bubu juga bisa sharing dengan ibu-ibu lainnya di komunitas Sahabat Ibu Pintar agar tidak merasa sendirian. Yuk, gabung sekarang!
Oleh: Carmelia Riyadhni, S.Psi
Expert Sahabat Ibu Pintar
Sumber: