Apakah Bubu pernah dengar istilah KonMari? Itu adalah nama panggilan untuk seorang ahli merapikan rumah dari Jepang yang bernama Marie Kondo. Belakangan ini metode merapikan rumah ala Konmari menjadi sebuah tren. Terutama setelah bukunya yang berjudul "The Life-Changing Magic of Tidying Up," menjadi best seller dan kisahnya sebagai konsultan dijadikan serial TV di Netflix.
Terlepas dari kontroversi yang mengatakan bahwa metodenya efektif atau terlalu mengada-ada, beberapa prinsip yang diberlakukan Konmari dalam merapikan rumah bisa dilakukan dalam keseharian kita. Bahkan hal ini juga baik apabila kita mulai memperkenalkannya pada anak kita. Berikut adalah beberapa hal yang dapat kita ambil dari Metode Konmari dan Bubu terapkan dalam kehidupan di rumah bersama keluarga:
1. Hanya miliki benda yang memberikan kita kebahagiaan (sparks joy). Benda yang kita miliki memiliki hubungan dengan pemiliknya, pastikan hubungannya menyenangkan, sehingga kita akan merasa bahagia ketika menggunakannya. Contohnya pakaian, apabila kita tidak merasa nyaman dan tidak merasa bagus dalam mengenakan suatu pakaian, bisa jadi sudah saatnya kita berterima kasih dan menyisihkan pakaian tersebut untuk disumbangkan atau dibawa ke tempat daur ulang. Hal ini juga berlaku pada mainan anak, dimana yang namanya anak-anak pasti sangat senang untuk mendapatkan mainan baru. Cobalah Bubu ajak anak untuk memilah lagi mainan mana yang sudah tidak dimainkan lagi dan bisa kita sumbangkan ke panti asuhan atau orang-orang yang membutuhkan. Dengan demikian, kita pun dapat mengajarkan anak untuk berbagi.
2. Hindari membeli barang secara impulsif. Terkadang kita membeli barang yang sudah kita miliki atau belum kita butuhkan saat ini, hanya karena kita merasa nanti akan membutuhkannya atau hanya keinginan sesaat. Hati-hati ya Bubu, karena ini cikal bakal kita menimbun benda-benda yang tak diperlukan! Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2010, wanita yang menggambarkan rumahnya sebagai tempat yang ‘berantakan’ memiliki kecenderungan untuk merasa depresi atau kelelahan yang teramat-sangat (fatigue). Lebih lanjut dikatakan bahwa wanita dengan rumah ‘berantakan’ lebih banyak memproduksi hormon stress.
3. Buku memiliki momentum waktu untuk dibaca. Apabila setelah kita beli, kita tidak pernah membaca buku tersebut, kemungkinan besar kita tidak akan pernah membacanya. Jadi, kalau sedang ada sale buku besar-besaran, sebaiknya hanya beli buku yang kita butuhkan saja. Siapa yang disini punya tumpukan buku belum dibaca di rumah? (diam-diam ikut tunjuk tangan)
4. Biasakan meletakkan benda kembali pada tempatnya. Menurut Konmari, setiap benda itu seharusnya punya ‘rumah’. Jadi mengembalikan benda ke ‘rumahnya’ setelah digunakan adalah hal yang wajib dilakukan. Hal ini sebenarnya sangat dapat diajarkan pada anak. Dengan membuat peraturan dan membiasakan anak tertib dan rapi dalam menyimpan mainan atau barang pribadinya, artinya BuBu juga mengajarkan anak salah satu keterampilan meregulasi diri. Dimana regulasi diri adalah hal yang penting dimiliki anak untuk ia menghadapi beragam tantangan di masa depan dan peran penting orang tua dalam pembentukan regulasi diri adalah melalui pembuatan aturan sehari-hari di rumah.
Nah ternyata beberapa prinsipnya bisa digunakan untuk keseharian kita ya Bubu! Yuk ajak seisi rumah untuk mulai aware mengenai pentingnya kerapihan dan keteraturan dalam rumah. Yang lebih seru, anak-anak sangat bisa kita libatkan dalam merapikan rumah lho. Selain mereka merasa senang karena dianggap penting dan terlibat, keterampilan dirinya pun akan semakin terasah.
Referensi
Kondo, Marie. 2012. The life changing magic of tidying up.
Karreman, A., Et.al. 2006.Parenting and Self-Regulation in Preschoolers: A Meta-Analysis. Infant and Children Development 15: 561–579. Dalam https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/45597205/Parenting_and_Self-Regulation_in_Prescho20160513-10777-vwcv8y.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1548846426&Signature=O%2BM4P07%2FP03WnabUIu7JMelqsyE%3D&response-content-disposition=inline%3B%20filename%3DParenting_and_self-regulation_in_prescho.pdf