01 Jul 2020

Mengenalkan Perbedaan Kepada Anak

kita mulai dengan sebuah kisah tentang Pak Anonim dan bisnisnya. Pak Anonim sudah merintis bisnis ritel yang menyediakan berbagai perlengkapan rumah tangga sejak tahun 2007. Produk-produknya dipasarkan melalui gerai-gerai miliknya di pusat perbelanjaan, merekrut pegawai sales telemarketing, hingga memasang iklan di billboard dan televisi. Bisnisnya berjalan sangat lancar hingga suatu hari pandemi Covid-19 datang tak diundang. Dengan berbagai aturan baru yang membatasi konsumen untuk datang ke tokonya, bisnis Pak Anonim mengalami penurunan angka penjualan yang signifikan.

Masalah ini tidak hanya dialami oleh Pak Anonim. Para pemilik bisnis di pusat perbelanjaan yang biasanya dipadati pengunjung kini terpaksa menutup tokonya. Para konsumen yang diimbau untuk #DiRumahaAja lebih memilih berbelanja online untuk memenuhi segala kebutuhan mereka. Seandainya Pak Anonim dan para pemilik bisnis lain tahu bahwa ia dapat memindahkan gerai offline ke online dengan website, e-commerce, hingga kanal media sosial tentu ia takkan kehilangan konsumen dan mengalami penurunan penjualan seperti saat ini. Apakah anda familiar dengan kisah Pak Anonim di atas?

Perubahan Pola Pikir dan Perilaku Konsumen

Di era digital ini, bisnis yang tidak memasukkan digitalisasi ke dalam rencana bisnisnya tentu akan kesulitan memenuhi kebutuhan konsumen. Kita ambil contoh nasib beberapa bisnis di situasi pandemi yang serba tidak pasti, kenyataannya konsumen mencari bisnis yang dapat memenuhi kebutuhan mereka bahkan tanpa harus keluar rumah. Beberapa perusahaan “dipaksa” untuk masuk ke industri 4.0 dan beradaptasi dengan ekonomi digital. Apa yang terjadi pada perusahaan yang tidak mampu beradaptasi? Anda tentu sudah dapat menebaknya.

Oleh karena itu, transformasi digital adalah kunci dari keberlangsungan sebuah bisnis atau brand, tidak peduli seberapa besar bisnis tersebut. Bagi konsumen, ini merupakan masa percobaan sebuah pola konsumsi baru. Jika konsumen merasa lebih nyaman dan menguntungkan berbelanja online, hal tersebut akan menjelma kebiasaan baru dan menjadi bagian dari new normal.

Semua akan Go Digital pada Waktunya

Berdasarkan hasil riset “Fighting Against Covid19” yang dipaparkan oleh Facebook, selama masa pandemi ini jumlah home streaming meningkat lebih dari 42%, aktivitas belanja online meningkat 32%, pembelian produk kebersihan meningkat 48%, frekuensi mengakses Facebook dan Instagram meningkat 30% dan 36%. Data tersebut menunjukkan seberapa tingginya peningkatan potensi pasar digital di Indonesia hanya dalam beberapa bulan saja.

Hal senada juga pernah dikemukakan dalam data We Are Social, per Januari 2019 terdapat 150 juta orang pengguna internet dengan 355,5 juta pengguna smartphone di Indonesia. Jumlah tersebut merupakan target konsumen potensial bisnis anda. Tentu saja jika bisnis yang anda miliki mudah mereka temui secara online.

Apa yang Harus Dilakukan?

Saat perilaku konsumen berubah, tentu bisnis harus berani mengambil langkah untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut. Bagaimanapun bisnis harus mengikuti pasar dan bukan sebaliknya. Digitalisasi bisa dimulai dengan menyediakan toko atau etalase digital yang bisa diakses semudah mungkin oleh konsumen. Toko bisa berupa website, bergabung di e-commerce, atau di media sosial. Manfaatkan berbagai aplikasi pesan dan chat untuk melayani pertanyaan konsumen dan menerima pesanan. Untuk memaksimalkan jumlah kunjungan ke toko online, anda dapat memanfaatkan digital marketing atau iklan digital.

Bagaimana cara memulai digital marketing? Saya sudah sibuk mengurus berbagai keperluan bisnis jadi takut tidak punya waktu untuk terjun ke dunia digital.

Tak perlu khawatir, untuk itulah BigEvo hadir menawarkan solusi untuk kebutuhan digital marketing anda. Kami akan membantu menyusun strategi yang tepat untuk kebutuhan bisnis anda. Dengan strategi tersebut, anda dapat menciptakan awareness, meningkatkan penjualan, dan mempertahankan pelanggan setia anda. Konsultasikan kebutuhan digital marketing anda dengan tim kami sekarang! (link ke lead form)