“Wah, anakku nggak mau dekat-dekat balon, soalnya dia trauma pernah ada balon pecah di dekatnya”
“Ih, aku trauma deh dengar suara petir! Jantungku langsung dag-dig-dug…”
Apakah Bubu pernah mendengar kalimat seperti di atas?
Sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan trauma dan mengapa hal tersebut terjadi? Trauma adalah salah satu kata yang sering disalahgunakan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyamakan persepsi tentang arti dari kata trauma. Artikel ini akan mengupas lebih lanjut perihal trauma dan penyebabnya. Tujuannya agar kita dapat mencegah terjadinya perilaku yang dapat membuat anak trauma maupun membantu apabila si Kecil apabila ia mengalaminya.
Trauma adalah respon emosional yang disebabkan oleh sebuah peristiwa besar dan intens yang mengancam atau menyebabkan bahaya. Peristiwa yang mengancam tersebut bisa muncul secara fisik ataupun emosional, dan dapat berupa ancaman nyata seperti kekerasan yang terjadi langsung pada anak atau pada orang-orang terdekat anak, ataupun berupa persepsi dari anak seperti suara keras yang dianggap bisa menyakiti, ruang gelap yang dianggap ada makhluk menakutkan, dan lain sebagainya. Ancamannya tersebut dapat berupa ancaman langsung kepada anak atau ancaman kepada orang-orang yang dekat dengan anak. Trauma sendiri dapat terjadi karena satu kejadian besar, atau karena adanya beberapa kejadian sepanjang hidup anak.
Ada beberapa peristiwa yang berpotensi menimbulkan trauma, yaitu:
Berdasarkan penjelasan di atas, kini Bubu dapat lebih memahami bahwa trauma cenderung disebabkan oleh hal-hal besar, bukan hal-hal kecil dalam hidup sehari-hari seperti balon pecah. Jika memang respon si Kecil tidak nyaman atau ketakutan dengan adanya suara balon, mungkin ada makna/kejadian lain dibalik itu, misalnya suara keras pada balon pecah yang menyebabkan ia merasa keselamatannya terancam.
Perlu diingat bahwa sebenarnya si Kecil juga perlu untuk melatih kekuatan mentalnya ya, Bubu. Stress-stress ringan yang dialami sebenarnya dapat membuat mereka berkembang. Masalah sehari-hari seperti berpisah dengan orang tua di sekolah, belajar naik sepeda atau merasa cemas sebelum tampil di panggung dapat membuat mental mereka lebih kuat dan meningkatkan keterampilan untuk mengatasi tekanan. Oleh karena itu, disarankan agar Bubu dan Pak Suami tidak terlalu khawatir jika si Kecil mengalami stress, karena stress pada tingkat tertentu sebenarnya diperlukan.
Namun, jika rasa stress dan tidak nyaman tersebut terjadi diluar kemampuan anak untuk mengatasinya, maka trauma dapat terbentuk. Ada banyak faktor yang mempengaruhi daya tahan anak terhadap trauma, diantaranya adalah:
Semakin muda usia anak ketika peristiwa traumatis tersebut terjadi, maka kemampuan mereka untuk mengatasi hal tersebut dan melindungi diri akan semakin rentan.
Semakin sering seorang anak mengalami peristiwa traumatis (entah karena suatu hal, suatu peristiwa terjadi berkali-kali, atau beberapa peristiwa dalam beberapa waktu), makin besar kemungkinan trauma pada anak terjadi.
Anak yang memiliki hubungan positif dengan pengasuhnya (baik orang tua maupun pengasuhnya yang lain), maka akan semakin baik kemampuannya untuk pulih dari peristiwa traumatis tersebut.
Setiap anak memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda-beda. Beberapa anak memang lebih sensitif dibandingkan anak-anak lain, dan hal ini penting untuk Bubu dan Pak Suami ketahui.
Nah jika, si Kecil mengalami trauma, kira-kira hal apa ya yang dapat Bubu dan Pak Suami lakukan untuk membantunya? Berikut adalah beberapa hal yang dapat Bubu dan Pak Suami lakukan jika si Kecil mengalami trauma:
Bubu dan Pak Suami adalah orang-orang yang paling mengenal Si Kecil. Oleh karena itu, Bubu dan Pak Suami dapat memperhatikan apakah pernah mengatakan sesuatu yang membuat si Kecil merasa cemas dan ketakutan, atau jika ada perilaku orang lain yang pernah membuatnya merasa takut dan kurang nyaman.
Ketika anak sedang merasa takut, menawarkan pelukan, memberikan ketenangan atau memastikan bahwa kita ada untuk si Kecil kapanpun ia membutuhkan kita adalah hal-hal kecil yang dapat mengurangi rasa takut anak karena membuatnya merasa terlindungi.
Jika anak kita merasa cemas dan takut dalam waktu yang lama dan telah mengganggu kehidupan sehari-hari si Kecil, Bubu dan Pak Suami dapat berkonsultasi ke psikolog atau psikiater untuk membantu si Kecil.
Semoga tulisan ini memberikan pencerahan ya Bubu perihal trauma dan penyebabnya, serta tentang cara untuk menyikapi trauma pada anak. Bangun hubungan yang dekat dengan anak ya Bubu dan Pak Suami, agar sang anak merasa nyaman untuk bercerita jika ia mengalami masalah dalam hidupnya. Bubu juga dapat bergabung dengan komunitas Sahabat Ibu Pintar untuk mendapatkan tips dan info parenting lainnya.
Sumber:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4150444/
https://www.childwelfare.gov/pubs/factsheets/child-trauma/
Oleh: Agstried Elisabeth, M.Psi., Psikolog
Expert Partner Sahabat Ibu Pintar