Masa kanak-kanak adalah periode penting untuk mengembangkan perilaku prososial, yaitu perilaku sukarela yang dilakukan seseorang untuk memberi manfaat bagi orang lain, seperti membantu (helping), berbagi (sharing), menenangkan (comforting), dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (cooperating). Perilaku peduli sesama ini biasanya mulai muncul ketika usia anak antara 1-2 tahun. Jadi ketika si kecil dengan semangatnya ingin membantu Bubu menyapu, mengaduk adonan, atau membuang sampah, itu berarti dia tengah mengembangkan kepedulian sosialnya lho. Seiring bertambahnya usia, bentuk bantuan dan kepedulian terhadap sesama yang mampu anak lakukan pun akan semakin beragam dan frekuensinya semakin meningkat.
Rasa peduli terhadap sesama tidak akan berkembang dengan sendirinya, anak perlu mendapat kesempatan dan dukungan dari Bubu. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa perilaku peduli sesama berhubungan dengan penyesuaian diri anak terhadap lingkungan sosialnya yang lebih baik, kemudahan dalam membangun pertemanan, prestasi akademik yang lebih bagus, konsep diri yang positif, dan masalah perilaku yang lebih rendah. Wah, banyak ya dampak positifnya. Yuk Bubu lakukan beberapa tips berikut agar si kecil tumbuh menjadi anak yang senang berbagi dan peduli sesama.
Membangun Kepekaan Anak terhadap Lingkungan Sekitar
Sebelum dapat menunjukkan kepeduliannya pada sesama, maka anak perlu menyadari dulu bahwa ada situasi yang membutuhkan bantuan dan perlu belajar melihat dari sudut pandang orang lain. Contoh situasi: ada temannya yang merasa lapar dan menangis karena bekalnya tertinggal. Untuk mau berbagi makanan kepunyaannya, anak perlu menyadari kebutuhan temannya tersebut. Bila ia hanya berpikir tentang dirinya saja “aku tidak lapar kok, kan punya roti” dan belum bisa memahami bahwa meskipun ia tidak lapar tetapi temannya bisa merasa lapar, maka inisiatif untuk berbagi tentu tidak muncul.
Untuk membangun kepekaan anak pada hal-hal yang terjadi di sekelilingnya, Bubu dapat mengajak si kecil melakukan pengamatan lingkungan. Namun mengingat anak usia 1-3 tahun masih agak sulit untuk mengenali keadaan yang butuh bantuan, Bubu perlu nih untuk memberi petunjuk dan mengucapkan permintaan spesifik agar anak ‘ngeh’ dan terdorong untuk membantu. Beberapa contohnya:
“Aduhhh mana sih dompet ibu?” sambil membuat gerakan sibuk mencari di bawah bantal/ kolong
“Wah minuman ayah tumpah, butuh tissue nih. Bisa tolong ambilkan?”
“Brrr sepertinya Kitty kedinginan tadi kehujanan, bagaimana kalau kita selimuti?”
“Tangan ibu penuh barang, tidak bisa buka pintu. Kamu bisa buka pintu tidak?”
Di samping melalui pengalaman sehari-hari, kepekaan anak juga bisa diasah melalui permainan pura-pura dengan boneka maupun membaca buku yang bertemakan perilaku berbagi dan peduli sesama.
Membangun Kelekatan Orang tua dan Anak
Peduli sesama erat kaitannya dengan membantu pemenuhan kebutuhan orang lain. Akan sulit bagi anak untuk melakukannya, bila kebutuhan dirinya sendiri pun belum terpenuhi. Kembali ke contoh bekal tadi, anak akan lebih sulit membagi rotinya ke teman bila dirinya sendiri pun masih merasa lapar. Nah, ternyata.. berbagai studi menunjukkan bahwa anak yang punya hubungan hangat dan positif dengan orang tuanya akan menjadi lebih peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain. Kelekatan yang anak miliki dengan orang tua menjadi fondasi awal bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Anak lebih cenderung berperilaku peduli, bukan saja ke ibu dan ayah maupun teman sebayanya, tetapi juga ke orang asing.
Memberi tugas rumah sesuai usia
Anak usia dini pada dasarnya senang sekali melibatkan diri dan bantu-bantu urusan rumah tangga. Bisa jadi memang bukan karena ingin mengurangi beban Bubu (justru jangan-jangan malah buat lama dan berantakan yah hehe), tetapi karena lebih tertarik dan menikmati kegiatannya itu sendiri. Tak apa. Itulah kesempatan yang baik sekali untuk latihan membantu dan peduli sesama. Dalam diri anak pun akan tumbuh rasa bahwa ia dibutuhkan dan bisa memberi ‘kontribusi’ pada keluarga.
Beri apresiasi pada anak ketika menunjukkan perilaku prososial
Anak akan mengulang suatu perilaku bila perilaku tersebut mendapat umpan balik yang positif dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, jangan lupa ya Bubu untuk memberikan apresiasi dan pujian ke si kecil bila ia melakukan hal-hal baik. Tidak perlu sampai memberikan hadiah, cukup dengan pernyataan yang singkat namun spesifik. “Terima kasih ya kamu sudah bantu Bubu gantung baju di lemari” atau “Kamu baik sekali mau berbagi mainanmu ke anak-anak di panti asuhan”.
Menjadi model panutan bagi anak
Poin ini pasti sudah tidak asing lagi ya Bubu. Sebagai orang tua, anak lebih mudah mengingat dan meniru apa yang mereka lihat, daripada mengikuti nasehat yang kita utarakan. So yess, we should walk the talk. Ingin anak berbagi dan peduli sesama? Maka pastikan si kecil melihat kita pun melakukannya di berbagai kesempatan.
Percayalah Bubu, seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir anak dan semakin sering latihan membaca situasi sosial, anak akan semakin mampu memahami perasaan dan kebutuhan orang lain serta memikirkan hal-hal apa yang bisa ia lakukan untuk membantu.
Referensi:
Ferreira, Tiago & Cadima, Joana & Matias, Marisa & Marina Vieira, Joana & Leal, Teresa & Mena Matos, Paula. (2016). Preschool Children’s Prosocial Behavior: The Role of Mother–Child, Father–Child and Teacher–Child Relationships. Journal of Child and Family Studies. 25. 10.1007/s10826-016-0369-x.
Bower, A. A., & Casas, J. F. (2016). What Parents Do When Children are Good: Parent Reports of Strategies for Reinforcing Early Childhood Prosocial Behaviors. Journal of Child and Family Studies, 25(4), 1310-1324.
Svetlova, M., Nichols, S.R., dan Brownell, C.A. 2010. Toddlers' Prosocial Behavior: From Instrumental to Empathic to Altruistic Helping. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3088085/
Orissa Anggita Rinjani, M.Psi, Psi