Benarkah bayi perlu belajar merangkak terlebih dahulu, sebelum ia mulai belajar berjalan? Apakah ketika bayi ingin berdiri dan berjalan sambil merambat, kita perlu turunkan mereka terlebih dahulu untuk merangkak menggunakan kedua tangan dan kakinya?
Menurut WHO, perkembangan kemampuan motorik kasar bayi dapat dilihat dari 6 kriteria, yaitu kemampuan untuk duduk tanpa tumpuan, merangkak dengan tangan dan kaki, berdiri dengan bantuan, berjalan dengan bantuan, berdiri sendiri, serta berjalan sendiri (Wijnhoven et al., 2004). Nah, kapan baiknya si Kecil dapat melakukan kemampuan-kemampuan tersebut ya? Perkembangan tiap anak tentunya berbeda, namun berdasarkan penelitian dari WHO Multicentre Growth Reference Study Group (2006), anak mulai bisa duduk tanpa tumpuan di usia 4-9 bulan, berdiri dengan bantuan di usia 5-11 bulan, merangkak di usia 5-13 bulan, berjalan dengan bantuan di usia 6-14 bulan, berdiri sendiri di usia 7-17 bulan, serta berjalan sendiri di usia 8-18 bulan.
Dari angka di atas, dapat dilihat bahwa sebenarnya kemampuan-kemampuan tersebut dapat terjadi pada waktu yang beririsan. Artinya, bisa saja kita temukan bahwa dari si Kecil duduk sendiri, ia kemudian lebih tertarik untuk mencoba berdiri sendiri dan berjalan merambat; sedangkan ada juga bayi lain yang setelah bisa duduk, lalu ingin mencoba merangkak. Kalau begitu, apa yang perlu kita lakukan ya ketika si Kecil tidak tertarik untuk belajar merangkak dan langsung ingin berdiri?
Menurut Integrated Learning Strategies, disarankan agar orangtua tetap menstimulasi si Kecil agar mau coba untuk merangkak, dan contohkan bila perlu. Merangkak bukan hanya sekedar mengasah kemampuan si Kecil untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun juga memberikan banyak manfaat yang bisa si Kecil dapatkan untuk pertumbuhannya. Beberapa manfaat dari merangkak adalah sebagai berikut:
Dengan merangkak, kemampuan motorik kasar si Kecil terstimulasi dengan baik, seperti kekuatan tubuhnya, keseimbangan, serta koordinasi menggerakan tangan dan kaki secara bersamaan agar bisa berpindah tempat. Penguasaan dari kemampuan-kemampuan ini nantinya akan sangat membantu ketika si Kecil belajar beraktivitas yang lebih kompleks, seperti berlari dan melompat.
Untuk bisa merangkak maju, si Kecil perlu untuk menggerakkan tangan kanan dan kaki kiri lalu tangan kiri dan kaki kanan secara bergantian. Adanya koordinasi antara tangan dan kaki ini dapat mengaktivasi jalur-jalur saraf di otaknya, yang dapat menghubungkan antara otak kanan dan otak kirinya.
Dengan merangkak, kemampuan visual si Kecil dapat melihat jarak jauh dan jarak dekat juga akan terstimulasi. Si Kecil belajar untuk melatih matanya ketika melihat benda di kejauhan, dan melihat kembali ke tangannya ketika merangkak. Hal ini dapat membantu si Kecil untuk memahami lingkungannya.
Nah, dengan banyaknya manfaat yang bisa didapatkan si Kecil dengan merangkak, Bubu dan Pak Suami perlu untuk melatih dan merangsang si Kecil agar mau belajar merangkak. Perbanyak waktu tummy time si Kecil, dan letakkan mainan yang menarik di depannya agar merangsang bayi untuk bergerak. Agar si Kecil bisa merangkak dengan kedua kaki dan tangannya, orangtua juga bisa mencontohkan. Jika sekarang si Kecil sudah bisa berjalan, tidak ada salahnya ya Bubu untuk tetap memberikan kegiatan-kegiatan menarik yang mengajak si Kecil untuk aktif merangkak dan bergerak. Jadi, selamat mencoba dan belajar bersama ya Bubu! ????
Ayo bergabung dengan komunitas Sahabat Ibu Pintar dan temukan berbagai info parenting menarik lainnya.
Oleh: Nadya Pramesrani, M. Psi., Psikolog
Expert Partner Sahabat Ibu Pintar
Sumber:
https://ilslearningcorner.com/why-babies-should-never-skip-the-crawling-phase/
https://cognikids.com/2016/02/02/crawling-the-most-important-milestone/
WHO Multicentre Growth Reference Study Group. WHO Motor Development Study: Windows of achievement of six gross motor development milestones. Acta Paediatr Suppl 2006; 450:86-95.
Wijnhoven, T., et al. Assessment of gross motor development in the WHO Multicentre Growth Reference Study. Food & Nutrition Bulletin, vol 25, no. 1, 2004. The United Nations University.