“Bu, Ade mau es krim!”
“Lho, tidak bisa, De. Ade kan belum makan nasi. Masak langsung makan es krim?”
“Tapi kata Ayah boleh, Bu…”
“….”
Bubu familiar dengan situasi tersebut? Situasi ketika Bubu sudah menerapkan aturan tertentu namun ternyata Pak Su justru melonggarkan aturan agar anak senang? Atau Sebaliknya, biasanya Pak Su lebih keras ke anak laki-laki. Ketika anak terjatuh, Pak Su justru tegas melarang anak menangis, namun Bubu tidak tega dan langsung memeluk anak? Ketidaksepakatan mengenai aturan kadang memang terjadi di dalam pola asuh. Akan tetapi, biasa terjadi bukan berarti harus dibiarkan terus menerus lho, Bubu..
Mengapa Bubu dan Pak Su perlu memiliki kesepakatan aturan yang sama ketika mendisiplinkan anak? Penelitian oleh Dr. James H. Bray dari Baylor College Of Medicine di Houston mendapati anak yang datang dari keluarga yang tidak sepakat dalam mendisiplinkan, cenderung memiliki masalah perilaku. Tentu saja kita tidak ingin anak kita tumbuh menjadi individu yang sulit mengikuti aturan sosial kan.. Selain berdampak ke anak, ternyata ketidaksepakatan dalam mendidik anak juga dapat mengurangi kepuasan pernikahan. Saat Bubu tanpa bermaksud apapun tapi berkata kepada anak “duuh, ayah sih ga ngerti deh kalau urusan begini!” Atau Pak su dengan nada bercanda berkata “kita makan es krim aja ya, masakan Bubu tidak enak” Hal ini bisa jadi menyakiti pasangan kita lho.. Merendahkan pasangan di depan anak sangat tidak dianjurkan ya, Bubu…
Akan tetapi, memang disadari Bubu dan Pak Su datang dari keluarga yang berbeda, sehingga sangat mungkin ketidaksepakatan ini terjadi. Lalu bagaimana caranya agar Bubu dan Pak Su mengurangi ketidaksepakatan dalam aturan sehingga anak tidak menjadi bingung? Berikut tipsnya:
Sepakati Aturan-Aturan Dasar Dari Awal
Aturan-aturan dasar yang mempengaruhi rutinitas harian seperti lama menonton, kebiasaan makan, Perilaku ke teman, kehidupan bersekolah, dan kebiasaan ibadah sebaiknya disepakati bersama antara Bubu dan Pak Su sebelum masalah terjadi. Sehingga ketika terjadi masalah Bubu dan Pak Su sudah punya kesepakatan apa yang harus dilakukan
Siap Menjadi Back-Up
Semakin anak besar, mereka semakin banyak akal untuk bisa mendapat apa yang mereka mau. Terkadang, mereka sengaja bertanya kepada orang tua yang “tidak terlalu tegas” dalam aturan untuk mendapatkan keinginan mereka. Misalnya Ade yang bertanya kepada Pak Su terlebih dahulu untuk mendapat es krim kesukaannya. Nah, untuk mencegah hal tersebut, setiap anak bertanya, coba tanyakan dulu apa pendapat pasangan kita. Misal: “Bu, ade mau beli es krim boleh ya?” Sebelum bilang boleh atau tidak tanyakan dulu pendapat pasangan. “Ayah bilang apa? Bubu ikut apa kata Ayah yaa..” strategi ini juga berlaku ke Pak Su yaa.. Jika kebetulan pasangan sudah memberikan keputusan yang tidak kita setujui ke anak, jangan beradu pendapat di depan anak ya.. diiyakan saja dulu karena sudah terlanjur. Kita perbaiki lagi untuk kejadian selanjutnya.
Pahami Bagian Masing-masing
Sejujurnya, setiap orang memiliki isu-isu penting yang menjadi pusat perhatiannya. Nah, begitu pula dalam mendidik anak. Misal Bubu adalah seorang yang sangat menganggap penting Pendidikan maka segala keputusan dan aturan tentang sekolah adalah bagian Bubu, sementara Pak Su fokus dalam hal ibadah misalnya, maka segala aturan dan keputusan keluar dari Pak Su. Ingat, ketika pasangan sudah mengambil keputusan, yang lain harus menjadi back up yaa…
Kurang lebih, ini adalah tips-tips berbagi peran dalam menetapkan aturan agar Bubu dan Pak Su semakin kompak dalam mendidik anak. Semoga terus menjadi tim yang solid dalam membentuk karakter anak yaa…
Agstried Elisabeth, M. Psi. Psikolog
Co-Founder Rumah Dandelion